Pemerintah dan Universitas Bahas Kerja Sama Pembangunan Infrastruktur Konektivitas Serta Mitigasi Bencana di Provinsi Banten

SIARAN PERS 

No.SP-37/HUM/ROKOM/SET.MARVES/I/2021

Marves – Serang, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi dalam waktu dekat akan menindaklanjuti kerja sama dengan Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusriskel KKP) serta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) terkait pembangunan infrastruktur dan konektivitas serta pengembangan potensi kelautan dan perikanan yang berbasis mitigasi kebencanaan yang ada di kawasan Selat Sunda. Hal ini diungkapkan oleh Asisten Deputi (Asdep) Infrastruktur Dasar, Pekotaan, dan Sumber Daya Air Rahman Hidayat di Jakarta pada Hari Kamis (28-1-2021).

Detil kerja sama tersebut, lanjut Asdep Rahman dibahas di Serang sehari sebelumnya (27-1-2021) dalam bentuk Rapat Koordinasi (Rakor) Pengadaan Infrastruktur Prediksi Informasi Kebencanaan dan Pengembangan Potensi Kelautan dan Perikanan di Provinsi Banten. Dengan melibatkan Pusriskel KKP dan Untirta, Rakor ini membahas tentang teknologi Inexpensive Device for Sea Level Measurement (IDSL). Ini adalah sebuah infrastruktur mitigasi bencana berbasis pengukuran muka air laut.

Di dalam Rakor itu, Wakil Rektor 4 Bidang Kerja Sama, Sistem Informasi, Penguatan Kemitraan dan Layanan Industri Untirta Aceng Hasani mengungkapkan, “Provinsi Banten yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samudera Hindia memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Sayangnya, kawasan Selat Sunda juga menjadi salah satu kawasan pesisir yang rawan bencana tsunami teknonik maupun non-tektonik.” Oleh karena itu, ia mengungkapkan bahwa Provinsi Banten membutuhkan sebuah sistem deteksi dini tsunami yang mumpuni sebagaimana yang sedang dikembangkan oleh Untirta dan Pusriskel.

IDSL menjadi sebuah alat pemantau tsunami berbasis pengukuran muka air. “Dalam prosesnya, alat ini melalui beberapa tahapan untuk memberikan informasi peringatan tsunami. Pertama, pengiriman data-data pengukuran dengan interval waktu kurang dari 10 detik. Kedua, pengiriman data sampai diterima oleh cloud data storage selama maksimal 30 detik,” ujar Peneliti Madya Pusriskel Semeidi Husrin dalam kesempatan yang sama.

IDSL sendiri memiliki ketelitian pengukuran muka air laut sekitar 0,5 sentimeter. Alat ini sudah terpasang selama dua tahun dan masih berfungsi baik. “Kedepannya diharapkan sensor dan fungsi dari teknologi ini dapat semakin dikembangkan,” ungkapnya.

Dalam rapat tersebut, Asdep Rahman juga menyampaikan ucapan selamat dan dukungannya bagi Untirta yang sedang dalam proses pengusulan pendirian Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI PT) Selat Sunda yang menjadi salah satu indikator kinerja utama (IKU), juga pendirian Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FPIK).

Pendirian PUI PT Selat Sunda diinisiasi oleh Jurusan Perikanan yang telah membentuk Fisheries, Maritime, and Sunda Strait Research Group. Organisasi ini telah melakukan lebih dari 30 penelitian di wilayah Selat Sunda. Topik penelitian yang dikaji pun bervariasi, mulai dari kondisi sumber daya mangrove, lamun, terumbu karang, budidaya perikanan, perikanan tangkap, ekowisata bahari, dan jalur logistik ikan di sepanjang Selat Sunda. Lahirnya PUI PT Selat Sunda diharapkan mampu mengintegrasikan penelitian terkait yang ada di kawasan Selat Sunda termasuk di bidang sosial, ekonomi, perencanaan wilayah pesisir, serta kawasan industri.

Dekan Fakultas Teknik Untirta Prof. Dr.Ing Asep Ridwan mengungkapkan bahwa civitas akademika Fakultas Teknik telah melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan mitigasi dan penanganan bencana di Provinsi Banten melalui forum mitigasi bencana. “Melalui kerja sama dengan Pusriskel, diharapkan dapat dihasilkan teknologi mitigasi bencana yang mumpuni demi keselamatan masyarakat,” ungkap Dekan Asep.

Menutup rapat, Asep Rahman berpesan, “Sumber daya perikanan dan kelautan yang dimiliki oleh Provinsi Banten harus dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat. Semoga kehadiran PUI PT Selat Sunda dan FPIK yang didirikan oleh Untirta dapat menjadi jawaban untuk menangani masalah yang ada.” Asep Rahman juga menyatakan bahwa diperlukan adanya sinergi antara civitas akademika Untirta dengan pemerintah daerah dan industri sekitar dalam rangka membangun infrastruktur mitigasi kebencanaan dan penyiapan rehabilitasi infrastruktur pasca-bencana. Kegiatan ini pun menjadi bagian dari implementasi Major Project Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020–2024 Nomor 39 tentang Penguatan Sistem Peringatan Dini Bencana.

Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI

Sumber :

https://maritim.go.id/pemerintah-universitas-bahas-kerja-sama-pembangunan-infrastruktur-konektivitas/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *