Perencanaan Rehabilitasi Mangrove berbasis Data Gelombang Laut

Kegiatan rehabilitasi mangrove memiliki ancaman kegagalan karena hempasan gelombang di lokasi rehabilitasi. Oleh karena itu, dalam perencanaan kegiatan rehabilitasi perlu diketahui karakteristik gelombang. Untuk mendapatkan data gelombang, Institut Pertanian Bogor mengembangkan inovasi Alat Pengukur Tinggi Gelombang (APTG). Oleh karena itu, Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengadakan Bimbingan Teknis Pengoperasian APTG untuk Rehabilitasi Ekosistem Mangrove. Kegiatan BIMTEK ini dilakukan secara luring dengan menerapkan Protokol Kesehatan COVID-19.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 – 28 Oktober 2021 di Kota Serang. Kegiatan dibagi menjadi dua kegiatan utama yaitu pelatihan di kelas dan observasi lapangan. Pelatihan di kelas dilaksanakan di Hotel Horison Ultima Ratu, sedangkan observasi lapangan dilakukan pesisir karangantu. Sebelum pelaksanaan BIMTEK, tepatnya tanggal 23 Oktober 2021 sudah dipasang APTG di sekitar perairan Pulau Lima oleh tim narasumber dan fasilitator. Oleh karena kondisi pandemi, peserta BIMTEK terbatas hanya 20 orang yang terdiri dari perwakilan DIRJEN PDASHL; perwakilan beberapa UPT Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan  Hutan Lindung; dan perwakilan Dinas LHK Provinsi Banten.

Foto bersama peserta, panitia dan narasumber BIMTEK

Tim Narasumber berasal dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang dipimpin oleh Prof. Indra Jaya. Tim narasumber menjelaskan mengenai pengenalan gelombang; ekologi dan rehabilitasi mangrove; pengenalan APTG dan pengolahan data dari APTG. Para narasumber dibantu oleh fasilitator yaitu, Muta Ali Khalifa (Dosen Jurusan Ilmu Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) dalam agenda diskusi penyusunan rencana kegiatan rehabilitasi mangrove berdasarkan data gelombang laut.

Narasumber sedang menyampaikan materi

Fasilitator sedang memimpin diskusi penyusunan strategi rehabilitasi mangrove berdasarkan data gelombang

Terdapat dua lokasi ekosistem mangrove yang dijadikan lokasi observasi di pesisir karangantu. Lokasi pertama, ekosistem mangrove yang dekat dengan PPN Karangantu atau lebih dikenal dengan nama lokasi wisata Pantai Gope. Lokasi kedua, ekosistem mangrove dalam komplek Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP). Hasil rekaman cepat dari APTG diketahui bahwa pesisir karangantu dapat terbentuk gelombang dengan selisih ketinggian 80 cm.

Foto bersama narasumber, panitia dan peserta di pesisir karangantu

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa terdapat mangrove yang mati dibagian mangrove yang letaknya paling jauh dari laut, salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya saluran air laut yang masuk. Sehingga strateginya bisa dibuat saluran air laut keluar masuk dengan ketinggian menyesuaikan dengan selisih ketinggian gelombang di lokasi. Selain itu permasalahan yang dihadapi pada ekosistem mangrove adalah berkumpulnya sampah. Strategi yang dapat digunakan terhadap permasalahan tersebut adalah dengan membuat penahan sampah menggunakan jaring dengan ketinggian menyesuaikan selisih ketinggian gelombang di lokasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *