Rabu, 13 April 2022, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bersama Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten dan PT Asahimas Chemical melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan saran dan masukan dari masyarakat dan stakeholders terkait rencana program rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir Selat Sunda. Kegiatan FGD ini merupakan bagian dari Program Mangrove Blue Carbon yang merupakan suatu program konservasi dan rehabilitasi keanekaragaman hayati yang dirancang untuk mendukung program prioritas nasional (PPN) dari pemerintah pusat dan juga termasuk ke dalam salah satu kajian yang akan dibawakan presiden di forum G20. Selain dapat melindungi pesisir dari gelombang laut dan tsunami, ekosistem mangrove juga memiliki kemampuan menyimpan karbon di batang dan juga substratnya. Hal ini menjadi penting karena keberadaan ekosistem mangrove mampu menyerap kadar karbondioksida di atmosfir yang akan membantu pengurangan gas rumah kaca.
Acara FGD dihadiri oleh berbagai stakeholders, diantaranya Kantor Cabang DKP Provinsi Banten Wilayah Selatan, Loka Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang, Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, dan Kantor Taman Nasional Ujung Kulon. Pihak pemerintah daerah, hadir Camat dan Kepala Desa di Kecamatan Sumur. Pihak lainnya yang terlibat adalah para penggiat mangrove dan pelestari lingkungan hidup, yakni Yayasan Alabama, Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan (KOMPILASI), Yayasan Mata Hati Candra Hadirasa, Poklahsar Putri Gundul Patikang, serta Koperasi Nelayan Ketapang Sejahtera. Sebelum dilakukan FGD, dilakukan penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Yayasan KEHATI dengan DKP Provinsi Banten.
Pada sambutannya, Dekan Fakultas Pertanian, Prof Dr. Ir. Nurmayulis, M.P. menyampaikan bahwa fungsi ekologi mangrove sebagai pelindung pantai terutama dari ancaman gelombang tsunami, seperti halnya ketika terjadi tsunami Selat Sunda 2018 perlu menjadi perhatian bersama. Kondisi ekosistem mangrove yang terus mengalami penurunan perlu segara diperbaiki sehingga fungsi ekologisnya dapat kembali optimal. Namun disisi lain, keberadaan mangrove juga harus dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, misalnya melalui pengembangan ekowisata maupun pengembangan berbagai produk turunan mangrove.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Ibu Eli Susiyanti SH MH MM, memaparkan bahwa restorasi ekosistem mangrove memerlukan perhatian dari seluruh stakeholder karenanya diperlukan keterlibatan masyarakat untuk melakukan perawatan secara konsisten. Para stakeholder juga sepakat bahwa edukasi kepada masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk keberlanjutan ekosistem mangrove ke depannya agar tidak ditebang atau dialih fungsikan untuk aktivitas lainnya.
Riki Frindos, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI menyampaikan bahwa yayasan KEHATI berkomitmen untuk berkontribusi terhadap pelestarian ekosistem mangrove di Selat Sunda melalui berbagai kegiatan yang telah direncanakan. Partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci utama bagi keberhasilan upaya rehabilitasi di Selat Sunda. Sementara itu, manajer environment PT. Asahimas Chemical, Pak Bakti menyampaikan bahwa perusahaan berkomitmen untuk turut serta daman menjaga dan memperbaiki ekosistem mangrove di Selat Sunda sebagai upaya mitigasi dan pengembangan ekonomi kreatif. Restorasi ekosistem mangrove di wilayah Selat Sunda ini merupakan hal yang penting untuk dilakukan secara bersama-sma oleh semua stakeholders.